Target Bullish Saham Komoditas

Saham-saham di sektor komoditas dan energi ditarget dengan harga bullish karena dinilai memiliki fundamental solid dan katalis positif dalam jangka panjang. Apalagi, di tengah situasi pasar yang berada di persimpangan jalan antara meredanya perang dagang dan potensi penurunan suku bunga.

- 

Mengerucutnya perang dagang dapat dijumpai dari dirilisnya besaran tarif impor yang dibebankan Amerika Serikat (AS) kepada sejumlah negara seperti Korea Selatan, Vietnam, negara-negara anggota BRICS termasuk Indonesia yang terkena tarif sebesar 32% mulai 1 Agustus 2025.

Pengumuman tersebut sekaligus memberikan gambaran mengenai babak akhir dari konflik dagang ini, yang pada gilirannya bisa kembali memulihkan permintaan global terhadap sektor komoditas dan energi. Indeks harga konsumen (CPI) China selaku importir utama juga tampak sudah menunjukkan perbaikan sekalipun masih terbatas dengan kenaikan sebesar 0,1% secara yoy.

Pada saat bersamaan, penurunan suku bunga The Fed yang berpeluang besar terjadi pada tahun ini berpotensi mendongkrak harga komoditas seperti nikel, batu bara, tembaga, emas, dan lain-lain. Sekaligus, dapat menambah daya tarik terhadap komoditas dan energi sebagai sektor yang dikenal royal menebar dividen jumbo kepada investor.

Data realtime harga komoditas terakhir kali dilihat di Trading Economics pada Kamis (10/7/2025) menunjukkan, harga nikel menguat sebesar US$ 183 (1,22%) ke posisi US$ 15.184 per ton. Harga tembaga juga mendaki sebanyak US$ 0,146 (2,7%) ke posisi US$ 5.592 per pon. Demikian pula, dengan batu bara yang mengalami kenaikan sebesar US$ 0,65 (0,59%) ke posisi US$ 110 per ton, tanpa kecuali emas yang melanjutkan penguatan besar US$ 13,5 (0,41%) ke level US$ 3.328 per troy ounce.