Kemajuan teknologi mambawa banyak perubahan dalam cara kita bekerja, termasuk dalam industri alat berat. Perkembangan teknologi membuat alat-alat konstruksi yang sudah familiar selama ini menawarkan cara kerja baru, yang menghasilkan produktivitas yang lebih besar dengan biaya operasional yang lebih rendah. Di era pembangunan infrastruktur sekarang ini, misalnya, para kontraktor dituntut untuk bekerja cepat dan efisien. Kondisi ini mendesak mereka untuk mempertimbangkan kembali penggarapan proyek-proyek dengan sistem padat karya atau mengevaluasi lagi penggunaan alat-alat konstruksi yang cara kerjanya masih konvensional.

Industri alat berat nampaknya sudah bangkit dari keterpurukannya akibat tekanan pandemi tempo hari. Kini produsen-produsen mesin-mesin konstruksi terus menggenjot volume produksi mereka untuk memenuhi permintaan mesin yang semakin tinggi dari berbagai pasar. Yang banyak memerlukan barang-barang modal itu belakangan ini tidak hanya sektor pertambangan dan konstruksi, tetapi juga forestry, perkebunan dan logistik. Sayangnya, belum semua pabrikan mampu memenuhi permintaan pasar dengan cepat karena beberapa dari mereka masih terbelenggu oleh problem rantai pasok. Selain itu, fasilitas-fasilitas produksi mereka juga belum siap untuk memproduksi secara massif.

Tren pertumbuhan peralatan tambang di Indonesia, khususnya di sektor batu bara, mulai beralih ke mesin-mesin yang ukurannya lebih kecil. Kondisi ini mengikuti skala bisnis batu bara dengan hanya makin sedikit produsen besar dan makin banyak pelaku skala kecil yang memiliki tambang batu bara dan konsesi tambang batu bara di daerah-daerah yang memiliki tambang batu bara yang besar seperti Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Bahkan sejumlah perusahaan tambang batu bara di Tanah Air sudah berekspansi ke usaha pertambangan lain seperti nikel karena semakin kuatnya tekanan untuk mengurangi penggunaan batu bara karena dampak lingkungan yang ditimbulkannya. Bagaimana PT Daya Kobelco Construction Machinery Indonesia merespons tren industri batu bara tersebut?

Alat berat tidak dibuat untuk produktif berpuluh-puluh tahun, tetapi hampir semua material, komponen dan juga suku cadang dari barang-barang modal itu dapat dibangun ulang (rebuilt), bahkan hingga berkali-kali. Komponen-komponen yang rusak atau yang sudah mencapai umur pemakaiannya dapat diperbaiki atau dibangun ulang sehingga dapat kembali beroperasi seperti layaknya mesin baru. Bayangkan berapa banyak sampah yang ditinggalkan oleh alat-alat itu di berbagai lokasi kerja jika langsung dibuang ketika rusak atau sudah tiba di penghujung usia produktifnya.  Khabar baiknya adalah upaya-upaya untuk mengurangi, membangun kembali, dan mendaur ulang – yang dikenal dengan ekonomi sirkular (circular economy) - berbagai material, komponen  dan parts di industri alat berat terus berkembang, termasuk di Indonesia.

Omongan-omongan miring tentang kualitas produk dan layanan purna jual (after sales service) mesin-mesin buatan China sudah lama muncul. Alat-alat berat buatan Negeri Tirai Bambu itu dinilai belum “matang” untuk masuk ke pasar Indonesia karena sering mengalami masalah di lapangan dan tidak didukung oleh layanan purna jual yang bagus.  Dealer-dealer alat-alat China dituding berperilaku seperti penjual motor. Mereka mengejar penjualan sebanyak mungkin tetapi membiarkan customer kelimpungan sendiri mencari suku cadang. Konon, suku cadang alat-alat berat China interchangeable, sehingga pelanggan tidak kesulitan mendapatkannya di pasar. Namun, bagaimana fakta sesungguhnya?

Para pemain alat berat  bertanya-tanya mengenai prospek bisnis tahun ini. Apakah penjualannya ramai seperti tahun 2022? Apakah industri pertambangan tetap menggiurkan? Selain pertambangan, industri-industri apalagi yang menjanjikan untuk bisnis alat berat tahun ini? Rentetan pertanyaan-pertanyaan itu tidak mudah untuk dijawab karena kondisi perekonomian nasional maupun global yang mudah bergejolak. Chris Sleight, Direktur Off-Highway Research, mengulas mengenai prospek bisnis alat berat tahun ini. Ia menyoroti dalam konteks pasar global. Puncak penjualan alat berat global, kata dia, terjadi pada 2021, dan melandai pada tahun berikutnya karena permintaan alat di China saat itu menurun. Kondisi ini diperkirakan masih akan berlanjut pada 2023, sebagai dampak dari inflasi tinggi dan naiknya suku bunga, serta konflik berkepanjangan di beberapa belahan dunia.

Kita sudah berada di penghujung tahun 2022 dalam kondisi yang jauh lebih berbeda dari akhir tahun sebelumnya. Seiring perjalanan waktu, pandemi Covid-19 tidak lagi menjadi momok yang menakutkan, meski kebanyakan dari kita masih mengenakan masker saat bertemu dengan  orang lain dan tetap rajin mencuci tangan untuk berjaga-jaga. Namun, masih ada ancaman-ancaman lain yang harus selalu kita waspadai. Salah satunya adalah ketidakpastian kondisi perekonomian pada tahun 2023.  Apakah bisnis batu bara masih menggiurkan pada tahun 2023? Apakah harga komoditas “emas hitam” itu akan tetap menarik? Apakah kebutuhan alat-alat tambang tetap tinggi? Kalau bisnis tambang lesu, apakah masih ada industri-industri yang menjanjikan keuntungan bagi para pelaku bisnis alat berat pada tahun 2023?

Alat berat yang berpostur kecil (compact equipment) menjadi jagoan di sektor perkebunan dan juga infrastruktur. Pekerjaan-pekerjaan seperti penggalian got (saluran air) dan lubang, pembuatan tanggul hingga perawaran jalan di perkebunan kelapa sawit banyak dilakukan oleh mesin-mesin kecil ini. Salah satu keunggulan peralatan kecil sehingga sangat diandalkan untuk aplikasi di perkebunan kelapa sawit adalah fleksibilitas yang tinggi. Alat-alat ini dapat bermanuver dengan lincah dan mudah diangkut ke lokasi-lokasi pekerjaan berikutnya hanya dengan menggunakan truk standar.

Seperti apa kondisi bisnis alat berat pada tahun 2023? Apakah tetap ramai seperti saat ini ataukah makin redup, dan bahkan gelap? Presiden Joko Widodo sudah mengingatkan berkali-kali bahwa ekonomi dunia pada tahun depan diperkirakan akan “gelap”. Kekhawatiran itu merujuk pada pergolakan ekonomi yang sedang terjadi di berbagai negara sebagai dampak jangka panjang dari pandemi Covid-19 dan perang Rusia – Ukraina yang berlarut-larut.

Satu-satunya pameran yang ditunggu-tunggu para pemain industri alat berat Indonesia, terutama kalangan produsen dan dealer, adalah Mining & Mineral 2022 yang diselengarakan oleh PT Pamerindo Indonesia. Acara dua tahunan ini sempat terganggu oleh pandemi Covid-19 sehingga banyak industri yang mengandalkan penggunaan barang-barang modal itu terdampak. Kebijakan lockdown dan larangan untuk bertemu secara langsung membuat deru alat-alat berat terhenti.  Kondisi ini sangat menantang bagi tim penjualan yang sudah terbiasa bertemu muka dengan para pelanggan dan mengunjungi lokasi-lokasi di mana alat-alat mereka bekerja.  Beruntung, pandemi itu mulai menjauh dan tahun ini,  Pamerindo bisa kembali menyelenggarakan event itu secara hybrid, offline dan online pada 14-17 September 2022.

Bisnis tambang batubara dan nikel menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi Indonesia belakangan ini. Ketika banyak perekonomian dunia tidak berdaya menghadapi dampak pandemi Covid-19 dan konflik Rusia–Ukraina, industri tambang nasional justru makin berkibar. Batubara kembali menjadi komoditas primadona karena terjadinya krisis energi global. Banyak negara di Eropa terpaksa kembali ke bahan bakar batubara untuk menghidupkan mesin-mesin pembangkit mereka karena dihentikannya pasokan gas dari Rusia. Kondisi ini membuat harga batubara melambung. Sementara di sektor nikel, pengembangan kendaraan berbasis baterai, membuat tambang nikel semakin menggiurkan. Nikel merupakan bahan baku utama pembuatan baterai kendaraan listrik karena merupakan logam yang bisa menyimpan energi dengan density paling tinggi. Bagaimana para pemain alat berat memanfaatkan peluang-peluang pasar yang tersedia di dua sektor industri itu? 

Krisis energi global yang dipicu oleh berlarut-larutnya perang Rusia – Ukraina memberi keuntungan tersendiri bagi negara-negara produsen batu bara, seperti Indonesia. Tentu tidak ada orang yang dapat bertahan hidup dalam situasi konflik yang tidak mengenal kata akhir. Apalagi jika pertikaian itu memicu berbagai persoalan lain yang ruwet, seperti terganggunya pasokan energi hingga mengalami krisis. Tetapi situasi sulit itu justru membuat batu bara kembali menjadi komoditas andalan di pasar global. Ini namanya berkah terselubung.

Apakah strategi digital marketing cocok untuk bisnis alat berat? Ini sebuah pertanyaan sederhana tetapi menggelitik. Kita hidup di era digital, dan bisnis online merupakan salah satu elemen kunci dari zaman digital. Saat ini berselancar di internet dan memanfaatkan berbagai platform media sosial sudah menjadi keseharian dari banyak warga kita. Banyak aktivitas warga dilakukan secara online, seperti kerja online, belanja online, pemasaran online dan sebagainya. Faktanya saat ini, hampir semua barang dan jasa dijajakan secara online, termasuk peralatan berat. Banyak perusahaan alat berat, terutama distributor/dealer yang mengembangkan strategi digital marketing dengan memanfaatkan berbagai platform media sosial seperti Instagram, Facebook, Twitter dan LinkedIn.  Namun, kembali ke pertanyaan di awal, apakah strategi pemasaran digital efektif untuk bisnis alat berat? 

Pemerintah Indonesia telah mengambil beberapa langkah yang menggairahkan pertumbuhan ekonomi nasional belakangan ini. Yang  pertama adalah pelonggaran protokol kesehatan dengan membolehkan warga membuka masker di tempat-tempat terbuka (luar ruangan). Kebijakan itu menimbulkan sentimen positif paska pandemic Covid-19 karena memungkinkan masyarakat kita lebih leluasa melakukan berbagai aktivitas di luar rumah.  

Bisnis alat berat Indonesia terus bangkit dari keterpurukannya karena dampak pandemi Covid-19. Eforia di segmen tambang, khususnya batu bara, berlanjut di tengah terus memanasnya perang Rusia–Ukraina. Krisis energi global yang sudah mulai menjalar memaksa banyak negara untuk kembali melirik batu bara sebagai sumber energi, membuat harga komoditas itu melonjak.  Kenaikan harga batu bara yang begitu signifikan membuat bisnis alat berat semakin bergairah. Mesin-mesin tambang laku keras saat ini, dan banyak dealer kwalahan memenuhi permintaan pasar.  Namun, apakah pasokannya lancar?

Industri tambang batubara mestinya menjadi bonanza alias sumber keuntungan bagi suplier-suplier peralatan berat di Indonesia pada tahun ini. Harga batubara yang melonjak pada kuartal pertama tahun 2022 ini tentu saja menjadi momentum bagi mereka untuk menggenjot penjualan peralatan. Sebab, perusahaan-perusahaan tambang akan cenderung semakin terpacu untuk meningkatkan produksi mereka demi meraih untung yang makin besar. Peningkatan produktivitas tidak mungkin tanpa mengandalkan investasi peralatan berat.

Industri tambang, baik batubara maupun mineral, diperkirakan akan tetap menjadi penggerak utama bisnis alat berat di Indonesia pada tahun 2022 ini. Artinya, pergerakan pasar barang-barang modal itu pada tahun ini melanjutkan tren sebelumnya. Itu sebabnya masyarakat alat berat Indonesia menyambut gembira kebijakan pemerintah yang membuka kembali keran ekspor batubara pada 1 Februari 2022.  Namun, mengingat sampai saat ini industri manufaktur alat berat Indonesia masih terbelenggu oleh masalah rantai pasokan, apakah produsen-produsen yang ada mampu mengejar target untuk mencatat rekor baru tersebut?

Larangan ekspor batubara yang hanya berlaku sebulan penuh selama Januari 2022 menimbulkan kontroversi yang sengit. Hal ini menunjukkan betapa vitalnya peran industri batubara dalam konstelasi perekonomian nasional. Batubara merupakan salah satu penggerak utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kalau larangan ekspor emas hitam itu dipertahankan, dampak ikutan yang ditimbulkannya akan berderet-deret. Banyak industri pendukungnya yang akan ikut terseret, termasuk salah satunya adalah peralatan berat. Daya serap pasar mesin-mesin tambang akan ikut terimbas jika produksi batubara menurun.

Dominasi alat-alat tambang di industri alat berat Indonesia tidak terelakkan selama batubara dan komoditas tambang lain seperti nikel sedang menjadi primadona seperti yang terjadi saat ini. Meski tekanan global untuk mengurangi, dan bahkan menghentikan sama sekali penggunaan batubara sebagai sumber energi semakin kuat akhir-akhir ini, harganya yang cenderung bergerak positif hingga kini menggoda para pemain alat untuk makin fokus memasarkan mesin-mesin tambang. Namun, apakah investasi peralatan tambang masih menjanjikan dalam kondisi industri tambang batubara yang semakin tertekan itu?

Industri alat berat Indonesia mulai merasakan dampak positif dari kenaikan harga batubara di tengah pandemi Covid-19 yang masih terus mengancam. Salah satu indikatornya adalah lonjakan penjualan mesin-mesin tambang dari perusahaan-perusahaan distributor. Hingga kuartal ketiga tahun 2021 ini, hampir semua pemain mencatat pendapat penjualan yang mengagumkan.  Namun, apakah kondisi ini masih berlanjut hingga tahun 2022?

Industri batu bara Indonesia sedang mengalami musim semi di tengah pandemi COVID-19 yang masih terus mengancam. Setelah cukup lama terombang ambing karena hantaman berbagai badai, bisnis energi ini sudah mulai pulih. Harga komoditas yang juga disebut emas hitam ini semakin menguat. Bahkan ICE Newcastle (Australia), salah satu referensi harga batu bara, mencatat harga batu bara baru-baru ini menyentuh rekor tertinggi, yaitu USD 206,25/ton, rekor tertinggi sejak tahun 2008.  Namun, jika rencana pemerintah China untuk menghentikan pembangunan pembangkit-pembangkit listrik batu bara direalisasikan, apakah harga komoditas itu masih menggiurkan?

Industri tambang terus menunjukkan keperkasaannya di tengah ancaman pandemi Covid-19 yang masih menimbulkan ketidakpastian. Harga komoditas batu bara yang terus menguat sejak akhir tahun 2020 memberikan dampak positif terhadap penjualan mesin-mesin tambang. Kebutuhan alat-alat berat terus bergerak naik seiring dengan makin meningkatnya produksi tambang batu bara. Bagaimana dealer-dealer dan/pabrikan-pabrikan alat berat merespons kebutuhan pasar tersebut?

Limbah dan polusi menjadi menjadi persoalan bagi hampir semua industri, termasuk industri alat berat. Sejak proses pembuatan, selama pemakaian hingga menjadi besi tua, peralatan berat lekat dengan kedua problem itu. Proses manufaktur alat berat meninggalkan banyak sampah dan polusi. Operasi-operasi alat berat di berbagai sektor pun menyemburkan gas buang yang merusak lingkungan. Ketika tidak terpakai lagi karena usia produktifnya sudah habis atau karena sudah rusak, mesin-mesin itu menjadi besi tua. Onggokan-onggokan besi tua itu tercecer di berbagai lokasi.

Jika Anda mengunjungi toko online atau marketplace saat ini, kemudian mengetik kata ‘excavator’, dalam sekejap foto-foto alat pengeduk itu akan terpampang di hadapan Anda. Tidak hanya excavator, jenis-jenis alat berat lain dalam berbagai ukuran dan merek kini sudah ramai-ramai dijajakan di berbagai e-commerce, baik toko online, marketplace maupun media sosial. Faktanya saat ini, e-commerce di Indonesia tidak lagi didominasi oleh consumer goods tetapi juga dihuni oleh barang-barang modal itu.  Mengapa?

Peralatan berat memainkan peran yang begitu penting dalam pembangunan nasional. Sulit dibayangkan bagaimana membuat jalan raya, membangun jembatan, mendirikan gedung tinggi tanpa menggunakan peralatan berat. Mungkin karena menyadari kontribusi penting barang-barang modal itu terhadap kelangsungan pembangunan nasional, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) meluncurkan program pencatatan peralatan konstruksi melalui aplikasi SIMPK (Sistem Informasi Material dan Peralatan Konstruksi). Sebetulnya program tersebut bukan gagasan baru karena sudah diperkenalkan sebelumnya. Namun, masih sedikit jumlah pemilik alat berat – baik perusahaan maupun perorangan - yang mencatatkan aset-aset mereka.  Mengapa?

Pemerintah, cq Kementerian PUPR,  tidak akan mengimpor alat-alat berat untuk seluruh kegiatan proyek konstruksi di bawah kementeriannya pada tahun 2021. Hal itu disampaikan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR),  Basuki Hadimuljono, jelang akhir tahun 2020. Itu berarti  pemerintah akan memprioritaskan penggunaan mesin-mesin buatan industri dalam negeri, yang memiliki tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) sesuai standar Kementerian Perindustrian (Kemenperin). Namun, apakah pemerintah bisa menerapkan rencana itu atau hanya wacana semata?

Kita sudah genap satu tahun terkungkung di bawah pandemi Covid-19. Perubahan demi perubahan terus terjadi sebagai dampak dari krisis kesehatan global yang berlarut-larut itu. Orang-orang yang dulunya keluar pagi-pagi dari rumah untuk bekerja di kantor, kini mereka lebih banyak bekerja dari rumah. Banyak kegiatan meeting, seminar dan sejenisnya tidak lagi dilakukan secara berhadapan muka secara fisik, tetapi secara online. Perubahan  lain yang dipicu oleh pandemi Covid-19 ini berkaitan dengan ketersediaan mesin-mesin konstruksi. Sejak akhir tahun lalu terjadi krisis stok alat berat baru di Indonesia, khususnya excavator kelas medium (20-30 ton). Hampir semua distributor kehabisan stok saat ini dan sulit diprediksi bilamana pasokan bisa kembali normal. Bagaimana mengantisipasi dampak jangka panjang dari pandemi ini?

Pertarungan antara alat-alat berat produksi dalam negeri dengan produk-produk impor bukan cerita baru. Majalah Equipment Indonesia sudah berulang-ulang membahasnya. Persoalan dasarnya tidak bergeser, yaitu rendahnya komitmen dari pemerintah untuk menegakkan regulasi yang sudah ada. Pemerintah terkesan setengah hati dalam menegakkan aturan main di industri yang padat modal ini. Bahkan pemerintah terkesan lebih memihak pada kepentingan produk-produk impor dibandingkan mesin-mesin konstruksi buatan dalam negeri.

Apakah industri alat berat Indonesia perlu diproteksi? Pertanyaan itu mencuat dalam acara Zoom Webinar Equipment Indonesia dengan topik “Outlook Industri Alat Berat Indonesia Tahun 2021” baru-baru ini. Sebagaimana kita rasakan, kondisi pandemi Covid-19 yang berlarut-larut membuat bisnis alat berat di semua lini goyah. Penjualan unit-unit baru merosot yang berdampak terhadap turunnya produksi alat-alat berat. Bisnis rental juga loyo karena proyek-proyek berkurang. Para kontraktor kesulitan mencari pekerjaan. Bagaimana masa depan industri alat berat Indonesia ?

Membangun optimisme di atas ketidakpastian, sebuah ungkapan yang dapat menggambarkan pergulatan di bisnis alat berat pada awal 2021 ini. Hampir sepanjang 2020, industri ini mengalami pergulatan hebat baik dari sisi produksi maupun penjualan sebagai dampak dari pandemi COVID-19. Penjualan alat berat merosot tajam. Produksi pun ikut terseret sangat dalam. Produksi alat berat tahun lalu mencapai titik nadir – meminjam istilah Ketua HINABI, Jamaluddin.  Bagaimana prospek bisnis barang-barang modal itu pada tahun 2021 ini?

Perjalanan kita pada tahun 2020 ini sudah mencapai akhir. Untuk sebagian besar pemain alat berat/konstruksi, 2020 merupakan tahun penuh tantangan. Apapun bisnis Anda – apakah di industri manufaktur, dealership, rental, kontraktor, pembiayaan, hingga bengkel – benar-benar diuji hampir sepanjang tahun ini. Kita melewatinya dengan berat, mungkin sampai terseok-seok, bahkan hingga ada yang tidak berdaya.  Kondisi itu dipicu oleh pandemi Covid-19. Wabah yang pecah jelang akhir tahun 2019 lalu di Wuhan, China dan menjalar ke Indonesia sekitar Maret tahun ini, kini sudah menjelma menjadi krisis kesehatan global . Di Indonesia, dan juga banyak negara lainnya di dunia, eskalasi penularan Covid-19 masih tinggi.  Apakah  industri alat berat/konstruksi masih ada harapan untuk bangkit pada tahun depan?  Kebijakan-kebijakan apa saja yang perlu diambil untuk menggairahkan industri ini pada tahun 2021?

May 2023

April 2023

March 2023

February 2023

January 2023

December 2022

November 2022

Oktober 2022

September 2022

Agustus 2022

Juli 2022

June 2022

Mei 2022

April 2022

March 2022

February 2022

Equipment Indonesia is special magazine for heavy and construction equipments, trucks, rental business, used equipments and related business. The readership is all contractors in mining and construction sectors, agro and forestry, rental companies, financial institutions and related industris. The magazine published monthly with 5000 copies in Jakarta, Indonesia.

Download your favorite titles and read them offline, anytime and anywhere

Gift your loved ones with a Magzter Gift Card instantly and give them the freedom to read their favorite magazines and newspapers from thousands of best-selling titles.

Gift your loved ones with a Magzter Gift Card instantly and give them the freedom to read their favorite magazines from thousands of best-selling titles.

Gift your loved ones with a Magzter Gift Card instantly and give them the freedom to read their favorite magazines from {{magCount}} best-selling international titles.

Name

Please fill out this form if you need any help regarding publishing your content on Magzter

Since we launched, Magzter has been committed to partnering with global organizations to provide the greatest possible newsstand technology & service to our customers. Whether you are looking to offer magazine subscriptions to your customer database or just want to learn more, Magzter is committed to helping your business grow. To find out more, please fill out the questionnaire below:

Equipment Indonesia - April - Mei 2019

Get Equipment Indonesia along with 8,000+ other magazines & newspapers

Get Equipment Indonesia

Magazine Description

In this issue